Novel Dikta yang ditulis oleh Mochtar Lubis dan Hukum Brainly yang ditulis oleh Eka Kurniawan, merupakan dua karya sastra yang menggambarkan keadaan sosial-politik Indonesia pada masa lampau dan masa kini. Kedua novel ini memiliki kesamaan dalam mengkritik kekuasaan dan mengeksplorasi tema-tema yang kontroversial.
Novel Dikta
Dikta menggambarkan keadaan Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Novel ini bercerita tentang seorang anak muda yang bergabung dengan gerakan nasionalis untuk melawan penjajah. Dalam perjuangannya, Dikta mengalami banyak rintangan dan konflik dengan keluarganya yang tidak mendukung gerakan nasionalis.
Novel ini mengkritik kolonialisme dan menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan tidak mudah. Dikta dan teman-temannya harus berjuang dengan penuh pengorbanan dan risiko tinggi. Selain itu, novel ini juga menyoroti konflik antara generasi muda dan generasi tua dalam membentuk identitas nasional.
Hukum Brainly
Hukum Brainly mengambil latar belakang Indonesia pada masa sekarang. Novel ini bercerita tentang seorang pengacara muda bernama Ajo Kawir, yang terlibat dalam kasus pembunuhan yang menimpa mantan kekasihnya. Dalam upayanya membela diri, Ajo harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang lebih besar, seperti mafia dan kepolisian.
Novel ini mengkritik sistem hukum Indonesia yang korup dan tidak adil. Ajo Kawir dan klien-kliennya tidak mendapatkan perlakuan yang setara di depan hukum. Novel ini juga menunjukkan bahwa kekerasan dan kejahatan seringkali dilakukan oleh orang-orang yang berada di posisi kekuasaan.
Kesamaan Kedua Novel
Walaupun mengambil latar belakang yang berbeda, kedua novel ini memiliki kesamaan dalam mengkritik kekuasaan dan mengeksplorasi tema-tema yang kontroversial. Kedua novel ini juga menunjukkan bahwa perjuangan untuk keadilan tidak selalu mudah dan seringkali dipenuhi dengan risiko dan pengorbanan.
Dikta dan Hukum Brainly juga menunjukkan bahwa kekuasaan seringkali disalahgunakan dan menindas rakyat kecil. Baik di masa penjajahan Belanda maupun di masa sekarang, kekuasaan selalu menjadi sumber ketidakadilan dan konflik.
Kesimpulan
Melalui analisis sastra ini, dapat disimpulkan bahwa kedua novel ini merupakan karya sastra yang penting dalam mengkritik keadaan sosial-politik Indonesia. Dikta menggambarkan perjuangan untuk kemerdekaan dari penjajahan Belanda, sedangkan Hukum Brainly menggambarkan perjuangan untuk keadilan di masa sekarang.
Kedua novel ini memiliki kesamaan dalam mengkritik kekuasaan dan mengeksplorasi tema-tema yang kontroversial. Dikta dan Hukum Brainly juga menunjukkan bahwa perjuangan untuk keadilan tidak selalu mudah dan seringkali dipenuhi dengan risiko dan pengorbanan.
Sebagai pembaca, kita dapat belajar banyak dari kedua novel ini. Kita dapat memahami sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dan juga keadaan sosial-politik Indonesia saat ini. Kita juga dapat membuka mata kita terhadap ketidakadilan dan menemukan inspirasi untuk berjuang demi keadilan.