Candi Budha atau sering disebut juga dengan istilah Vihara merupakan bangunan suci yang dibangun oleh umat Buddha pada masa lalu. Candi Budha terkenal dengan arsitektur yang khas dan memiliki tingkatan atau lapisan yang berbeda-beda. Pada artikel ini, akan dijelaskan mengenai tingkatan dalam bangunan candi budha.
Tingkatan 1: Base
Tingkatan pertama dalam bangunan candi budha adalah Base atau dasar. Tingkatan ini biasanya berupa balok batu yang berfungsi sebagai fondasi dari bangunan candi. Base diletakkan di atas tanah dan berfungsi untuk menopang berat bangunan di atasnya. Pada umumnya, Base tidak memiliki ornamen atau hiasan khusus.
Tingkatan 2: Body
Tingkatan kedua dalam bangunan candi budha adalah Body atau badan. Tingkatan ini merupakan bagian terbesar dalam bangunan candi dan memiliki ornamen serta hiasan khusus. Pada Body, terdapat relief atau ukiran yang menggambarkan kisah-kisah Buddha dan ajaran-ajaran agama Buddha. Selain itu, pada Body juga terdapat pintu yang menjadi akses untuk masuk ke dalam bangunan candi.
Tingkatan 3: Roof
Tingkatan ketiga dalam bangunan candi budha adalah Roof atau atap. Tingkatan ini merupakan bagian yang paling atas dari bangunan candi dan memiliki bentuk yang khas. Pada umumnya, atap candi budha berbentuk seperti stupa atau payung besar yang dilengkapi dengan hiasan atau ukiran khusus. Roof juga dapat berfungsi sebagai penanda arah mata angin.
Tingkatan 4: Spire
Tingkatan keempat dalam bangunan candi budha adalah Spire atau puncak. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Spire berfungsi sebagai penghias puncak atap atau sebagai penanda arah. Pada Spire, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 5: Chattra
Tingkatan kelima dalam bangunan candi budha adalah Chattra atau payung. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Chattra berfungsi sebagai penghias puncak atap atau sebagai penanda arah. Pada Chattra, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 6: Harmika
Tingkatan keenam dalam bangunan candi budha adalah Harmika atau kotak kecil. Tingkatan ini terdapat pada puncak atap dan berfungsi sebagai penanda arah mata angin. Pada umumnya, Harmika dihiasi dengan ukiran atau hiasan khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 7: Chakra
Tingkatan ketujuh dalam bangunan candi budha adalah Chakra atau roda. Tingkatan ini terdapat pada puncak atap dan berfungsi sebagai penghias puncak atap. Pada umumnya, Chakra dihiasi dengan ukiran atau hiasan khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 8: Umbul-Umbul
Tingkatan kedelapan dalam bangunan candi budha adalah Umbul-Umbul atau bendera. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Umbul-Umbul berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol keagungan agama Buddha. Pada Umbul-Umbul, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 9: Kamandalu
Tingkatan kesembilan dalam bangunan candi budha adalah Kamandalu atau tempat air. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Kamandalu berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol keagungan agama Buddha. Pada Kamandalu, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 10: Padma
Tingkatan kesepuluh dalam bangunan candi budha adalah Padma atau bunga teratai. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Padma berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol kesucian agama Buddha. Pada Padma, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 11: Kala-Makara
Tingkatan kesebelas dalam bangunan candi budha adalah Kala-Makara atau sosok raksasa dan ikan. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Kala-Makara berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol keberanian dan ketahanan. Pada Kala-Makara, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 12: Naga
Tingkatan kedua belas dalam bangunan candi budha adalah Naga atau ular naga. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Naga berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol kekuatan dan keberanian. Pada Naga, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 13: Gandaberunda
Tingkatan ketiga belas dalam bangunan candi budha adalah Gandaberunda atau burung bersayap dua. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Gandaberunda berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol keagungan agama Buddha. Pada Gandaberunda, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 14: Kalasam
Tingkatan keempat belas dalam bangunan candi budha adalah Kalasam atau wadah air. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Kalasam berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol kesucian agama Buddha. Pada Kalasam, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 15: Takir
Tingkatan kelima belas dalam bangunan candi budha adalah Takir atau gada. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Takir berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol kekuatan dan keberanian. Pada Takir, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 16: Simha-Mukha
Tingkatan keenam belas dalam bangunan candi budha adalah Simha-Mukha atau sosok singa. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Simha-Mukha berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol kekuatan dan keberanian. Pada Simha-Mukha, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 17: Purna-Kalasa
Tingkatan ketujuh belas dalam bangunan candi budha adalah Purna-Kalasa atau wadah penuh. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Purna-Kalasa berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol kesucian agama Buddha. Pada Purna-Kalasa, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 18: Makara-Kundala
Tingkatan kedelapan belas dalam bangunan candi budha adalah Makara-Kundala atau hiasan telinga berbentuk ikan. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Makara-Kundala berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol keberanian dan ketahanan. Pada Makara-Kundala, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 19: Chandra-Sekhara
Tingkatan kesembilan belas dalam bangunan candi budha adalah Chandra-Sekhara atau bulan sabit. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Chandra-Sekhara berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol kesucian agama Buddha. Pada Chandra-Sekhara, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 20: Amalaka
Tingkatan kedua puluh dalam bangunan candi budha adalah Amalaka atau buah amla. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Amalaka berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol kesucian agama Buddha. Pada Amalaka, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 21: Vajra-Makuta
Tingkatan kedua puluh satu dalam bangunan candi budha adalah Vajra-Makuta atau mahkota berbentuk petir. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Vajra-Makuta berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol kekuatan dan keberanian. Pada Vajra-Makuta, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 22: Gajakarna
Tingkatan kedua puluh dua dalam bangunan candi budha adalah Gajakarna atau telinga gajah. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Gajakarna berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol kebijaksanaan dan kekuatan. Pada Gajakarna, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.
Tingkatan 23: Kirtimukha
Tingkatan kedua puluh tiga dalam bangunan candi budha adalah Kirtimukha atau sosok muka yang menggigit ekor. Tingkatan ini biasanya terdapat pada candi yang memiliki ukuran yang besar dan memiliki bentuk yang rumit. Kirtimukha berfungsi sebagai penghias bangunan candi dan sebagai simbol keberanian dan ketahanan. Pada Kirtimukha, terdapat hiasan atau ukiran khusus yang menunjukkan ciri khas dari bangunan candi tersebut.